Tuesday, April 21, 2009

Melihat Perkembangan Bahasa Indonesia Dibumi Para Nabi

Satu hal yang melekat dan berkesan dalam benak saya, ketika saya akan memasuki sebuah restoran Indonesia di daerah Kairo, saya melihat orang non-bahasa Indonesia dengan lancar ngobrol dengan teman-temannya pakai bahasa Indonesia. sebenarnya hal ini bukan hal yang pertama kali bagi saya menjumpai orang asing berbahsa Indonesia, karena saya juga punya teman orang Mesir yang pandai bicara bahasa Indonesia; namun ini sunguh luar biasa, karena saat ditanya dia dari mana, ternyata: dia berasal dari Madagaskar, sbuah negeri yang dibuat judul sebuah film kartun "Madagaskar."
 
Dulupun saya pernah punya teman asal Comoros, dia bukan hanya pintar berbahasa Indonesia melainkan juga bisa mengajar bahasa Perancis dengan bahasa Indonesia, dan dia sekarang berada di Malaysia, dia kuliah di sana, setelah sebelumnya mau ke Indonesia dan bermaskud belajar namun kesulitan untuk mendapat Visa.
 
Hal ini terus terang membuat saya, sebagai orang Indonesia, bangga karena saya tidak perlu susah-susah belajar dan menguasai bahasa orang lain: di mana-mana saya bisa bebas berbahasa Indonesia tanpa merasa kesulitan berkomunikasi dengan orang lain, layaknya orang Inggris atau Amerika, karena bahasanya mendunia.
 
Saya sangat salut, sebenarnya, pada orang-orang Indonesia yang ada di Kairo, karena hampir tempat belanja yang biasa di datangi orang Indonesia bisa berbahasa Indonesia, dan kita tidak perlu repot-repot menerjemahkan bahasa kita ke dalam bahasa mereka; tidak seperti negara China yang pelit dengan budaya mereka, mereka susah bergaul dengan orang di luar mereka, termasuk bahasa, yang membuat bahasa Indonesia lebih populer daripada bahasa China atau bahasa Jepang.
 
Namun, seperti yang sering saya tulis, setiap positif selalu ada negatif dan sebaliknya, ada impact yang tidak bisa dipungkiri: semakin banyak orang berbahasa Indonesia di negeri orang, membuat orang Indonesia sendiri tambah malas belajara bahasa orang lain, karena setiap berjumpa dengan orang asing, bukan kita yang dituntut untuk paham bahasa mereka, tapi mereka yang dipaksa belajar dan mengerti bahasa Indonesia.
 
Ketika saya dan teman saya, orang Singapore, lewat depan SIC (Sekolah Indonesia Cairo) saya perkenalkan dia tentang SIC, dia bertanya: orang mana saja yang sekolah di sana; saya jawab: orang Mesir dan orang-orang yang mau belajar bahasa Indonesia. Dia kagum dengan Indonesia, karena di samping dia tahu bahwa embassy Indonesia jauh lebih besar dan megah ketimbang Embassy Singapore, yang seharusnya embassy Singapore lebih megah dari Indonesia, ternyata Indonesia juga memiliki fasilitas mengenalkan budaya dan bahasa terhadap warga pribumi.

1 Beri Komen Klik Sini:

Tahqiq on October 30, 2009 at 3:39 PM said...

Iya bener pisan dan mohon pelihara bahsa Indonesia, jangan seenaknya diselewengkan sehingga jadi kacau.

Post a Comment

Woy.. Jgn spamming ea..

Di Klik Ane Doain Lancar Rejeki! :)